SHENZHEN, KOMPAS.com - Operator seluler dengan jumlah pelanggan terbesar di Indonesia, Telkomsel, siap mengimplementasikan jaringan 4G dengan teknologi LTE (long term evolution). Hal tersebut ditegaskan Hervino Harjono, Direktur Perencanaan dan Pengembangan Jaringan serta CIO Telkomsel dalam Telkomsel Media Education 2011 di Shenzhen, China, Jumat (22/7/2011) malam.
Dari 38.000 BTS yang dipakai Telkomsel saat ini, sekitar 20-30 persen atau sekitar 8.000 unit sudah menggunakan teknologi 3G atau biasa disebut Node B. Dari semua Node B, 50 persen sudah mendukung LTE. Hanya perlu menambahkan modul LTE di BTS.
"Kami siap dengan teknologi ini," kata Hervini di depan sejumlah jurnalis Indonesia yang baru saja melakukan kunjungan ke pusat R&D dan kantor pusat Huawei. Ia mengatakan Telkomsel telah melakukan uji jaringan dengan empat vendor penyedia infrastruktur sejak Juni 2011 yakni Huawei, Ericsson, Nokia Siemens, dan ZTE.
Hervini mengatakan dari 38.000 BTS (base transceiver station) yang dipakai Telkomsel saat ini, sekitar 20-30 persen atau sekitar 8.000 unit sudah menggunakan teknologi 3G atau biasa disebut Node B. Dari semua Node B tersebut, sekitar 50 persen sudah mendukung LTE. Hanya perlu menambahkan modul LTE di BTS tersebut.
Menurutnya, satu-satunya hal yang membuat Telkomsel belum dapat mengimplementasikan LTE tinggal izin dari pemerintah dan mendapatkan alokasi spektrum frekuensi yang diinginkan. Meskipun demikian, Hervini menegaskan, pihaknya menyerahkan sepenuhnya pengaturan frekuensi kepada pemerintah.
"Andaikata Telkomsel mendapat izin dari pemerintah, kalau pemerintah ready dengan LTE, blessing, saya kira dalam waktu cepat 4000-5000 BTS dengan mudah akan dipasang LTE," ujarnya.
Untuk mendukung implementasi LTE, lanjut Hervini, Telkomsel juga sudah mempersiapkan untuk menambah investasi di jaringan 3G. Kalau saat ini, investasi lebih banyak untuk jaringan 2G, namun tahun depan sekitar 50 persen capex (capital expenditure) akan dialokasikan untuk 3G. Ia mengatakan, tahun 2011, capex Telkomsel akan disiapkan Rp 10 triliun dari Rp 21 triliun capex keseluruhan Telkom group.
Fokus Telkomsel tersebut tidak lepas dari tren industri telekomunikasi yang mulai mengarah ke layanan data. Hervini menjelaskan revenue dari layanan SMS dan voice sudah tidak tumbuh lagi. Bahkan revenue per minute (RPM) turun dari Rp 1000 menjadi hanya Rp 150 saat ini. Layanan broadband dalam setahun terakhir tumbuh sekitar 60 persen.
"Revenue broadband tanpa SMS dan voice sekarang sudah di angka 10 persen dan 5 persen dari seluruh revenue konten seperti T-cash. Rev enue voice dan SMS 85 persen, new bisnis 15 persen," tandas Hervini. (Tri Wahono, wartawan KOMPAS.com melaporkan dari Shenzhen, China)
sumber ; kompas.com